Minggu, 05 Juni 2011

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR & BERPRESTASI DI SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum, manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar.
Realita lapangan menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi, baik dalam mata pelajaran belajar matematika, bahasa maupun ilmu pengetahuan alam. Banyak siswa merasa “ogah-ogahan” di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya.
Rendahnya motivasi belajar siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negative. Raymond J.W dan Judith(2004:22) mengungkapkan bahwa secara harfiah anak- anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negative seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru.
Motivasi Merupakan Sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Jadi denga adanya Motivasi dalam Diri seseorang sebagian besar tujuan yang di rencanakan akan akan tercapai atau menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.



I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pendidikan di Sekolah?
2. Bagaimana Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa dalam Proses Pendidikan di Sekolah?


I.3 Tujuan

Tujuan dari Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan Motivasi Belajar dan Motivasi Berprestasi siswa dalam Prosers Pendidikan di Sekolah Serta mengetahui Apa factor yang menyebabkan Motivasi Belajar dan Motivasi Berprestasi bagi Siswa di Sekolah.

I.4 Manfaat

1. Untuk Mempermudah Guru di Sekolah dalam Melaksanakan Pembelajaran.
2. Mempermudah Siswa dalam Mencapai Prestasi di Sekolah.
3. Membantu Para Orangtua dalam meningkatkan Motivasi Belajar dan Motivasi Berprestasi pada anaknya.









BAB II
KAJIAN TEORITIS

II.1 Konsep Motivasi
II.1.1 Pengertian Motivasi
Perkataan motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris “MOTIVATION“. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan.
Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli
1) Menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (Driving Force) terhadap Seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
2) Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
3) Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (Volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Oleh itu kita dapat definisikan bahwa: Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahkan terhadap tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif. Motivasi juga merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (Volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi. Atau Suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan serangkaian kegiatan belajar.
II.1.2 Jenis – Jenis Motivasi
Sprinthall (1990), Menggolongkan Motivasi ke dalam dua bagian :
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, yang termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi, dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya, untuk kehidupan masa
depan siswa yang bersangkutan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian
dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru,
dan seterusnya. Merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat
menolong siswa dalam belajar. Namun demikian Sprinthall & Sprinthall
(1990), menyimpulkan bahwa dalam proses interaksi belajar-mengajar, baik
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong
anak agar tekun belajar.

II.1.3 Teori Motivasi Abraham H. Moslow (Teori Kebutuhan )
Teori Motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
a) Kebutuhan Fisiologikal (Physiological Needs), Seperti : Rasa Lapar, Haus, dan Istirahat
b) Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs), Tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga Mental, Psikologikal dan Intelektual;
c) Kebutuhan Akan Kasih Sayang (Love Needs)
d) Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
e) Aktualisasi Diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
• Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
• Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
• Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.


II.2 Motivasi Belajar
II.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Pengertian Motivasi Belajar Menurut Para Ahli:
a) Menurut Afifudin (dalam Ridwan, 2008:1) Motivasi belajar adalah: keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar.
b) Menurut Hermine Marshall Motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar mengajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.( Carole Ames: 1990).
c) Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) Motivasi belajar adalah suatu kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.
d) Menurut Winkle (dalam Abror 1993), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Jadi dapat di simpulkan Bahwa Motivasi Belajar adalah Keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati belajarnya.
II.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a) Perbedaan fisiologis (physiological needs), Seperti Rasa Lapar, Haus, dan Hasrat Seksual
b) Perbedaan Rasa Aman (safety needs), Baik secara Mental, Fisik, dan Intelektual
c) Perbedaan Kasih Sayang atau Afeksi (love needs) yang diterimanya
d) Perbedaan Harga Diri (self esteem needs). Contohnya Prestise Memiliki mobil atau rumah mewah, Jabatan, dan lain-lain.
e) Perbedaan Aktualisasi Diri (self actualization), Tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.


II.2.3 Ciri – Ciri Siswa Yang Memilki Motivasi Belajar
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b) Ulet menghadapai kesulitan (tidak lekas putus asa)
c) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
d) Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang di berikan
e) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)
f) Senang, rajin belajar, dan penuh semangat
g) Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya kalau di yakini itu benar
h) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang
i) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
II.3 Motivasi Berprestasi
II.3.1 Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan perilaku 'produktif dan selalu memperhatikan / menjaga 'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih.
Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan.
Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut Para Ahli
a) McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence).
b) Menurut Murray (dalam Beck, 1998), motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan untuk berusahamelakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.
c) Sementara itu Atkinson (dalam Petri, 2001) menyatakan bahwa motivasi berprestasi
individu didasarkan atas dua hal, yaitu tendensi untuk meraih sukses dan tendensi untuk menghindari kegagalan.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berarti ia memiliki motivasi untuk meraih sukses yang lebih kuat daripada motivasi untuk menghindari kegagalan, begitu pula sebaliknya. Dari uraian mengenai motivasi berprestasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah usaha yang dilakukan individu untuk mempertahankan kemampuan pribadi setinggi mungkin, untuk mengatasi rintangan-rintangan, dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dalam suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan dapat berupa prestasi sendiri sebelumnya atau dapat pula prestasi orang lain.
II.3.2 Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi
McClelland (1987) Mengemukakan beberapa Ciri Individu yang memiliki Motivasi Berprestasi, yaitu :
a) Pemilihan Tingkat Kesulitan Tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderate task difficulty), sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi atau rendah. Tugas yang mudah dapat diselesaikan oleh semua orang, sehingga individu tidak mengetahui seberapa besar usaha yang telah mereka lakukan untuk mencapai kesuksesan. Tugas sulit membuat individu tidak dapat mengetahui usaha yang sudah dihasilkan karena betapapun besar usaha yang telah mereka lakukan, namun mereka mengalami kegagalan.
b) Ketahanan atau Ketekunan (persistence) dalam Mengerjakan Tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan lebih bertahan atau tekun dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus mencoba menyelesaikan tugas, sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki ketekunan yang takut akan kegagalan dan menghindari tugas dengan kesulitan menengah.
c) Harapan terhadap Umpan Balik (Feedback)
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu mengharapkan umpan balik (feedback) atau tugas yang sudah dilakukan, bersifat konkret atau nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan. Individu dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengharapkan umpan balik atas tugas yang sudah dilakukan. Bagi individu dengan motivasi berprestasi tinggi, umpan balik yang bersifat materi seperti uang, bukan merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik, namun digunakan sebagai pengukur keberhasilan.
d) Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki tanggung jawab pribadi atas pekerjaan yang dilakukan.
e) Kemampuan dalam melakukan Inovasi (Innovativeness)
Inovatif dapat diartikan mampu melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan menyelesaikan tugas dengan lebih baik, menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya, menghindari hal-hal rut in, aktif mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, serta cenderung menyukai hal-hal yang sifatnya menantang daripada individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
II.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi Yaitu:
a). Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang.
b). Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.
c). Peniruan tingkah laku (Modelling)
Melalui modelling, anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motivasi tersebut dalam derajat tertentu.
d). Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
e). Harapan orangtua terhadap anaknya
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi.










BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ada beberapa Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam kegiatan belajar di sekolah, Yang diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu :
a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
b. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
c. Kompetisi Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
d. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.
e. Memberi Ulangan Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.

f. Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
g. Pujian Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.

III.2 Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapannya
c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.

d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih kuat.

III.3 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a) Perbedaan fisiologis (physiological needs), Seperti Rasa Lapar, Haus, dan Hasrat Seksual
b) Perbedaan Rasa Aman (safety needs), Baik secara Mental, Fisik, dan Intelektual
c) Perbedaan Kasih Sayang atau Afeksi (love needs) yang diterimanya
d) Perbedaan Harga Diri (self esteem needs). Contohnya Prestise Memiliki mobil atau rumah mewah, Jabatan, dan lain-lain.
e) Perbedaan Aktualisasi Diri (self actualization), Tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
III.IV Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi McClelland (dalam Sukadji dkk, 2001) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi Yaitu:
a). Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang.
b). Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.
c). Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
d). Harapan orangtua terhadap anaknya Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi.




















BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Motivasi adalah adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita. Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk meraih kenikmatan.

IV.2 Saran
1. Motivasi Seharusnya di berikan kepada anak didik Sejak dini supaya proses pembelajarannya mencapai tujuan yang di harapkan.
2. Guru dan Para Orang tua Kerja Sama Positif dan memberikan informasi timbal balik tentang siswa guna Meningkatkan Motivasi Belajar dan Motivasi Berprestasinya.
3. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami permasalahan, maka orang tua dan guru harus mempunyai komitemen yang tinggi untuk tidak menambah beban siswa.
4. Guru dan Orangtua Mencari solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak guna meningkatkan Motivasinya dalam Berprestasi.



DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Arya.2006.Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak.Jakarta: Gramedia
Skripsi. Motivasi Berprestasi. 2007. Medan: Universitas Sumatera Utara
Skripsi, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar. 2004. Medan: Universitas Negeri Medan
Skripsi, Wardani Nurul, Peran Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. 2005. Bandung: UNPAD
Jurnal Kependidikan, Motivasi Berprestasi : LPIY, IKIP. 1994. Yogyakarta
Jurnal Kependidikan, Motivasi Belajar: LPTK, UNIMED. 2005. Medan
Jurnal Kependidikan, Motivasi Belajar dan Prestasi, Unimed. 2002. Medan
Jurnal Kependidikan, Arko Pujadi, Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar, Universitas Bunda Mulia. 2007. Jakarta
Jurnal Kependidikan, Uus Manzilatusifa, Pemberian Motivasi Terhadap Siswa, Universitas Langlangbuna. 2006. Bandung